Warga Aksi Jahit Mulut Bertemu Ketua DPR
Kristian Ginting
Artikel Terkait
- Jumlah Demonstran Jahit Mulut di DPR Bertambah
- Warga Jahit Mulut Siap Mati
- Minta Perlindungan, Warga Duduki Kantor DPRD
- Eksekusi Lahan di Berbagai Daerah Ricuh
- Sengketa Area Waduk, Warga-Polisi Bentrok
21/12/2011 16:22
Liputan6.com, Jakarta: Warga Pulau Padang, Riau dan Jambi yang melakukan demonstrasi dengan cara menjahit mulut, akhirnya bisa bertemu dengan Ketua DPR, Marzuki Alie, di depan gedung DPR/MPR RI, Rabu (21/12). Pertemuan itu berlangsung di kantor Marzuki yang berada di gedung Nusantara III lantai 3.
Perwakilan warga, Binbin Firman Tresnadi mengatakan, mereka mendatangi DPR, karena proses advokasi yang dilakukan di masing-masing provinsi terbentur di daerah. Dia menyebutkan ada masalah dengan aparat birokrasi, keamanan dan tindak kekerasan.
"Jika tidak ada penyelesaian masalah sengketa lahan ini, peristiwa di Mesuji bisa saja terjadi di daerah lain," katanya di DPR. Sementara itu Marzuki mengatakan, mendengarkan apa yang dikeluhkan oleh masyarakat itu. Marzuki mengakui, ada banyak permasalahan tanah di hampir seluruh wilayah Indonesia.
Kasus sengeketa lahan itu menurut Marzuki terjadi karena pemberian izin yang tidak memerhatikan kondisi lapangan sesungguhnya. "Itu yang saya dengar, mereka sudah lama tinggal di sana, kemudian tahu-tahu ada izin lokasi untuk lahan perkebunan dan sebagainya," kata Marzuki.
Hal itulah, kata Marzuki, lantas berdampak pada penderitaan masyarakat. Itu sebabnya, ia pun berjanji akan melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuan yang dimiliki sebagai pimpinan DPR. "Saya sendiri akan membuat sebagai pendahuluan kepada kepala daerah yang terkait, untuk bertindak bijak, betul-betul memperhatikan kepentingan rakyatnya," kata Marzuki.
DPR menurut Marzuki juga akan membentuk panitia kerja (panja) terkait sengketa lahan itu. Jadi, panja itu tidak hanya akan mengurusi kasus Mesuji saja. "Tapi kasus-kasus yang lain seperti yang dilaporkan. Atau bisa saja nanti kita bentuk pansus," katanya.
Warga dari Pulau Padang, Riau dan Jambi ini sudah beberapa hari melakukan demonstrasi di depan Gedung MPR/DPR Jakarta, dengan cara menjahit mulutnya. Mereka terlibat sengketa lahan dengan PT Riau Andalan Pulp dan Paper (RAPP). Hingga kemarin, aksi jahit mulut yang sebelumnya hanya dilakukan delapan orang, bertambah menjadi 18 orang. Mereka menyatakan akan terus bertahan hingga tuntutan mereka dipenuhi. (mla)
Perwakilan warga, Binbin Firman Tresnadi mengatakan, mereka mendatangi DPR, karena proses advokasi yang dilakukan di masing-masing provinsi terbentur di daerah. Dia menyebutkan ada masalah dengan aparat birokrasi, keamanan dan tindak kekerasan.
"Jika tidak ada penyelesaian masalah sengketa lahan ini, peristiwa di Mesuji bisa saja terjadi di daerah lain," katanya di DPR. Sementara itu Marzuki mengatakan, mendengarkan apa yang dikeluhkan oleh masyarakat itu. Marzuki mengakui, ada banyak permasalahan tanah di hampir seluruh wilayah Indonesia.
Kasus sengeketa lahan itu menurut Marzuki terjadi karena pemberian izin yang tidak memerhatikan kondisi lapangan sesungguhnya. "Itu yang saya dengar, mereka sudah lama tinggal di sana, kemudian tahu-tahu ada izin lokasi untuk lahan perkebunan dan sebagainya," kata Marzuki.
Hal itulah, kata Marzuki, lantas berdampak pada penderitaan masyarakat. Itu sebabnya, ia pun berjanji akan melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuan yang dimiliki sebagai pimpinan DPR. "Saya sendiri akan membuat sebagai pendahuluan kepada kepala daerah yang terkait, untuk bertindak bijak, betul-betul memperhatikan kepentingan rakyatnya," kata Marzuki.
DPR menurut Marzuki juga akan membentuk panitia kerja (panja) terkait sengketa lahan itu. Jadi, panja itu tidak hanya akan mengurusi kasus Mesuji saja. "Tapi kasus-kasus yang lain seperti yang dilaporkan. Atau bisa saja nanti kita bentuk pansus," katanya.
Warga dari Pulau Padang, Riau dan Jambi ini sudah beberapa hari melakukan demonstrasi di depan Gedung MPR/DPR Jakarta, dengan cara menjahit mulutnya. Mereka terlibat sengketa lahan dengan PT Riau Andalan Pulp dan Paper (RAPP). Hingga kemarin, aksi jahit mulut yang sebelumnya hanya dilakukan delapan orang, bertambah menjadi 18 orang. Mereka menyatakan akan terus bertahan hingga tuntutan mereka dipenuhi. (mla)
Warga Jahit Mulut Siap Mati
Kristian Ginting
20/12/2011 14:52
Liputan6.com, Jakarta: Aksi jahit mulut dari Forum Komunikasi Masyarakat Penyelamat Pulau Padang (FKMPPP), Riau terus berlanjut di depan gedung DPR/MPR RI, Jakarta. Bahkan demi dipenuhinya tuntutan, ada warga yang siap mati di DPR dengan melakukan aksi jahit mulut.
"Ini adalah dorongan dari diri saya sendiri, saya siap mati di sini", kata Husaini, Selasa (20/120.
Semula, hanya delapan orang yang melakukan aksi itu. Kini, jumlah orang yang ikut aksi jahit mulut bertambah menjadi 18 orang.
Seluruhnya berasal dari masyarakat yang tergabung dalam kelompok FKMPPP. Sepuluh orang yang menjahit mulutnya itu di antaranya adalah Sidiq Hasanuddin (35), M Nurhadi (26), Jumaini (31), Zuwin (31), Syafridin, (35), Budiyono (31), Kasmawi (36), Joni Setiawan (33), Abdullah (27) dan Husaini (46).
Menurut Koordinator FKMPPP, M Ridwan, aksi jahit mulut itu sebetulnya sudah dilakukan sejak di Provinsi Riau. Ridwan adalah salah satu yang ikut melakukan aksi jahit mulut. Akan tetapi, aksi yang mereka lakukan tersebut tetap tidak ditanggapi pemerintah.
"Saya sudah jahit mulut dua minggu lalu di provinsi, tapi tidak ada tanggapan," katanya dengan sedikit lesu di DPR, Jakarta. Ridwan semakin prihatin dengan keadaan teman-temannya yang melakukan aksi jahit mulut itu. Pasalnya, cuaca yang tak menentu membuat mereka menjadi lemas.
"Alhamdulillah tim medisnya sudah datang. Kami tidak tahu dari tim medis apa? Tadi yang mengkoordinasikan adalah teman-teman Serikat Tani nasional (STN) pusat," katanya. (BJK/MEL)
"Ini adalah dorongan dari diri saya sendiri, saya siap mati di sini", kata Husaini, Selasa (20/120.
Semula, hanya delapan orang yang melakukan aksi itu. Kini, jumlah orang yang ikut aksi jahit mulut bertambah menjadi 18 orang.
Seluruhnya berasal dari masyarakat yang tergabung dalam kelompok FKMPPP. Sepuluh orang yang menjahit mulutnya itu di antaranya adalah Sidiq Hasanuddin (35), M Nurhadi (26), Jumaini (31), Zuwin (31), Syafridin, (35), Budiyono (31), Kasmawi (36), Joni Setiawan (33), Abdullah (27) dan Husaini (46).
Menurut Koordinator FKMPPP, M Ridwan, aksi jahit mulut itu sebetulnya sudah dilakukan sejak di Provinsi Riau. Ridwan adalah salah satu yang ikut melakukan aksi jahit mulut. Akan tetapi, aksi yang mereka lakukan tersebut tetap tidak ditanggapi pemerintah.
"Saya sudah jahit mulut dua minggu lalu di provinsi, tapi tidak ada tanggapan," katanya dengan sedikit lesu di DPR, Jakarta. Ridwan semakin prihatin dengan keadaan teman-temannya yang melakukan aksi jahit mulut itu. Pasalnya, cuaca yang tak menentu membuat mereka menjadi lemas.
"Alhamdulillah tim medisnya sudah datang. Kami tidak tahu dari tim medis apa? Tadi yang mengkoordinasikan adalah teman-teman Serikat Tani nasional (STN) pusat," katanya. (BJK/MEL)
Minta Perlindungan, Warga Duduki Kantor DPRD
Muhammad Hanapi
Artikel Terkait
- Eksekusi Lahan di Berbagai Daerah Ricuh
- Sengketa Area Waduk, Warga-Polisi Bentrok
- Kapolda Sumut Tinjau Lokasi Perebutan Lahan
- Rebutan Lahan di Deli Serdang Berbuntut Panjang
- Bentrok di Deli Serdang Lukai Tiga Orang
18/12/2011 17:41
Liputan6.com, Medan: Seratusan warga Kecamatan Muara Batang Gadis, Mandailing Natal, Sumatera Utara, sejak Sabtu (18/12) sampai hari ini, menduduki kantor DPRD Mandailing Natal. Tujuan mereka, meminta perlindungan kepada DPRD karena merasa tanah mereka diserobot sebuah perusahaan perkebunan.
Mereka adalah warga dari Desa Tagilang, Aek Godang, dan Suka Makmur, Kecamatan Muara Batang Dadis. Warga bahkan mendirikan dapur umum di taman dan masak untuk makan seadanya. Sejumlah balita dan anak-anak juga ikut dalam aksi warga ini.
Selama menjalankan aksi, sejumlah warga terserang demam. Untungnya, dinas kesehatan setempat menyediakan perobatan gratis dengan ambulans. Sementara, di sekeliling kantor DPRD, polisi bersenjata lengkap mengawal aksi mereka.
Rencananya, warga akan menyampaikan aspirasi mereka kepada anggota DPRD, Senin (19/12). (YUS)
Mereka adalah warga dari Desa Tagilang, Aek Godang, dan Suka Makmur, Kecamatan Muara Batang Dadis. Warga bahkan mendirikan dapur umum di taman dan masak untuk makan seadanya. Sejumlah balita dan anak-anak juga ikut dalam aksi warga ini.
Selama menjalankan aksi, sejumlah warga terserang demam. Untungnya, dinas kesehatan setempat menyediakan perobatan gratis dengan ambulans. Sementara, di sekeliling kantor DPRD, polisi bersenjata lengkap mengawal aksi mereka.
Rencananya, warga akan menyampaikan aspirasi mereka kepada anggota DPRD, Senin (19/12). (YUS)





Tidak ada komentar:
Posting Komentar